Kerak Telor, Tidak Akan Mudah Menjumpainya


 

Pedagang kerak telor di Monumen Nasional (Monas), Jakarta. (3/7/13)

Pedagang kerak telor di Monumen Nasional (Monas), Jakarta. (3/7/13)

 

JAKARTA – Siapa yang tak tahu dengan kuliner khas Betawi yang satu ini, kerak telor. Kuliner yang satu ini adalah makanan dari perpaduan antara beras ketan dan telur ayam ataupun bebek. Kita masih bisa menjumpainya di Kampung Setu Babakan, Monumen Nasional, dan khususnya ketika hari besar Jakarta, seperti Pekan Raya Jakarta (PRJ).

Kehadiran kuliner ini tidak akan mudah kita jumpai di sekitar rumah penduduk, seperti halnya menjumpai kuliner Indonesia lainnya, seperti bakso, mie ayam, rujak, dan jenis makanan lainnya. Maka, jika ingin menikmati kudapan Betawi tersebut memerlukan sedikit tenaga untuk berkunjung ke beberapa titik lokasi.

Kerak telor terbuat dari bahan-bahan seperti beras ketan putih, telur ayam atau bebek, ebi (udang kering yang diasinkan), dan bawang goreng. Kemudian tak lupa juga ditaburi bumbu, misalnya parutan kelapa yang sudah disangrai, cabai merah, kencur, jahe, merica, garam serta gula pasir. Jika menikmati makanan yang satu ini, sensasi yang akan muncul adalah kenikmatan bahan-bahan makanan asli Indonesia. Rasa asin, gurih, dan manis terasa di lidah. Ditambah keunikan rasa beras ketan yang terasa kering membuat selera makan makin mantap.

Tak hanya rasanya yang unik dengan beberapa sensasi, tetapi cara masaknya pun juga terbilang unik. Ketika memasak kerak telor ini, wajannya harus dibalik agar berhadapan langsung dengan arang panas. Tetapi jangan salah, kerak telor tidak akan tumpah. Rahasianya terletak pada cara masak si Abang yang pintar meyiasati suhu panas dari arang, kemudian campuran bahan-bahannya membuat adonan kerak telor lebih padat.

Pedagang kerak telor pun biasanya menggunakan gerobak yang dirangkul pada bahunya. Gerobak ini terbuat dari kayu yang membentuk kotak dan berfungsi menyimpan peralatan masak dan bahan makanan. Kemudian kedua kotak kayu tersebut diangkat menggunakan semacam rotan. Agar memudahakan si Abang membawa kedua kotak tersebut, akhirnya mengandalkan bambu yang bertumpu pada bahu si Abang. Agar tidak terasa nyeri akibat beban yang dibawa, si Abang menambahkan bantalan berupa kain yang diikat.

Peralatan masaknya pun sederhana. Pedagang kerak telor menggunakan wajan dan penutupnya, tungku arang, kemudian kipas. Kipas ini yang menebarkan aroma khas kerak telor, sehingga memancing orang untuk menyicipinya.

Jika dilihat dari sejarahnya seperti yang dilansir dari sukamasak.com, makanan ini sudah muncul sejak zaman kolonial Belanda. Saat itu ketika Jakarta masih bernama Batavia, kota besar ini dipenuhi banyak pohon kelapa. Kemudian masyarakat Betawi melakukan eksperimen dengan mencampurkan kelapa dengan beras ketan putih serta bumbu dapur lainnya.

 Sumber: Sejarah Kerak Telor 

Tinggalkan komentar